Setelah berhasil memilih sekolah, orang tua kembali dibuat berpikir untuk mencari tambahan dana untuk biaya masuk sekolah, bagi sebagian orang tua yang jeli "memanage" generasinya tentu telah mempersiapkan sejak lama untuk kebutuhan saat ini, misalnya dengan mengikuti asuransi pendidikan, tabungan pendidikan, dana pendidikan, atau beberapa nama yang sejenis yang menawarkan sejumlah dana setelah menabung atau mengikuti asuransi dalam waktu tertentu, tetapi bagi mereka yang memang tidak punya dana terpaksa berpasrah diri pada keadaan.
Pada beberapa iklan televisi orang-orang tua terpaksa menjual atau "menyekolahkan" untuk istilah menggadaikan barang-barang kesayangan dan menjadi tumpuan satu-satunya, kendaraan, perhiasan, atau kembali meminjam pada lembaga-lembaga keuangan atau kalau mendesak pada rentenir dengan bunga selangit.
Demi sang buah hati, anak masuk sekolah baru; identik dengan baju, sepatu, tas dan setumpuk buku yang harus dibeli yang disiapkan oleh sekolah, walau saat ini buku gratis via internet sudah mulai di luncurkan dan mungkin hanya akan dinikmati mereka yang punya akses internet. dibalik itu sebagian orang tua menyanyikan paduan suara yang memilukan; biaya sekolah semakin mahal, biaya kuliah semakin melangit. Orang tua seakan ingin berteriak dibalik diamnya' Nak, sampai kapan kami mampu bertahan dengan keadaan ini.... maafkan kami nak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar